Jumat, 14 Oktober 2016

Misteri Kehidupan Di Laut Dalam

Kebanyakan orang yang akrab dengan lautan hanya mengetahui kehidupan di zona intertidal, yang masih berbatasan dengan daratan, dan zona epipelagic, zona bagian atas di laut terbuka yang disinari matahari. Meskipun zona ini mengandung kehidupan laut yang berlimpah, namun itu hanya sebagian kecil dari bioma laut yang ada. Pada kenyataannya, sebagian besar dari laut adalah daerah yang gelap, dingin, dan dalam. Penting untuk diketahui bahwa fotosintesis hanya terjadi pada kedalaman 100 - 200 m di bawah permukaan laut, dan sinar matahari mulai hilang sama sekali pada kedalaman 1.000 m atau kurang; sedangkan kedalaman maksimum laut adalah 11.000 m di Palung Mariana

Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah sebabnya banyak yang tidak meng etahui keajaiban-keajaiban yang ada dilaut.

Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat.

Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.

Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur 149 derajat C. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di alam semesta ini.

Zona Intertidal


Zona Epilpeagic


Baru-baru ini seorang ilmuan asal Denmark yaitu mengungkap temuan kehidupan mikroorganisme di dasar laut terdalam di dunia. Tepat 11 kilometer di bawah permukaan laut, ilmuwan asal Denmark menemukan kehidupan mikroorganisme tersebut. Bakteri tersebut ditemukan di Palung Mariana. Palung Mariana merupakan jurang dalam di dasar laut yang cukup untuk menelan seluruh gunung everest. Bakteri ini pulih dari sedimen lumpur pada titik di bawah pusat barat Samudera Pasifik yang dinamakan Challenger Deep di Mariana Trench. Ahli biologi kelautan mengatakan, mereka terkejut menemukan bentuk kehidupan mikroba dari benda mati dan membusuk yang tenggelam ke bagian terdalam di dasar laut.

Diketahui bahwa dasar laut memiliki tekanan seribu kali lipat lebih besar ketimbang tekanan di permukaan laut. "Mikroba ini mungkin sebenarnya makhluk hidup yang paling dekat dengan inti Bumi, " ujar Profesor Ronnie Glud dari University of Southern Denmark. Ia mengatakan bahwa ilmuwan berharap untuk dapat mengetahui lebih detail mengenai mikroba unik tersebut. "Apa yang benar-benar mengejutkan kami ialah bahwa kami telah melihat bakteri yang mampu beroperasi secara efisien di kedalaman (dasar laut) tersebut," tuturnya. Ilmuwan menjelaskan bahwa mikroba ini memakan aliran konstan dari bahan organik yang tenggelam ke dasar laut di Samudera Pasifik. Dengan demikian, mikroba ini memainkan peran penting dalam siklus karbon global terkait jumlah karbon dioksida yang beredar di atmosfer Bumi.