Bagaimana makhluk-makhluk dasar laut dapat bertahan hidup dalam gelap, dingin, dan tekanan yang ekstrim?
1. Cahaya
Makhluk hidup yang tinggal di laut dalam memiliki kemampuan bioluminescence, yaitu reaksi kimia dalam tubuh mikroba atau hewan yang menciptakan cahaya tanpa panas. Namun, cahaya ini sangat lemah dibandingkan sinar matahari, sehingga diperlukan adaptasi sensori khusus. Banyak ikan laut dalam memiliki mata yang sangat besar untuk menangkap cahaya yang minim. Ada pula hewan yang buta dan mengandalkan indra penciuman, sentuhan, dan getaran.
2. Tekanan
Laut dengan kedalaman 200 – 1.000 m memiliki range tekanan antara 20 – 1.100 atm. Tekanan tinggi dapat menyebabkan kantong-kantong udara, seperti swim bladder, dapat hancur. Selain itu, tekanan tinggi dapat mendistorsi biomolekul kompleks, terutama protein dan membrane di mana semua kehidupan tergantung padanya. Ilmuwan menemukan bahwa beberapa organisme laut dalam yang telah diteliti menggunakan “piezolytes” untuk mencegah distorsi biomolekul besar akibat tekanan. Salah satu dari piezolytes ini adalah trimetilamina oksida (TMAO).
3. Temperatur
Suhu air di laut dalam berkisar antara -1°C – 4°C. Makhluk yang hidup di laut dalam diperkirakan beradaptasi dengan cara yang sama seperti pada makhluk hidup di lautan dangkal daerah kutub, yaitu dengan memiliki protein fleksibel “longgar” dan membran tak jenuh yang tidak kaku dalam dingin.
4. Oksigen
Perairan di laut dalam memiliki kadar oksigen yang cukup. Hal ini dikarenakan air dingin dapat melarutkan oksigen lebih dari air hangat, dan perairan terdalam umumnya berasal dari lautan kutub dangkal (arus thermohaline). Namun, ada juga daerah yang miskin oksigen di lingkungan zona menengah, di mana tidak terjadi lagi fotosintesis dan tidak ada arus thermohaline. Daerah ini biasanya terletak pada kedalaman antara 500 – 1.000 m di daerah beriklim sedang dan tropis. Ahli Biologi masih menyelidiki bagaimana hewan dapat bertahan dalam kondisi seperti itu.
5. Makanan
Makhluk laut dalam memiliki mekanisme makan yang menarik karena makanan adalah langka di zona ini. Dengan tidak adanya fotosintesis, sebagian besar makanan terdiri dari detritus sisa-sisa mikroba yang membusuk, alga, tanaman dan hewan dari zona laut atas dan organisme lainnya di laut dalam. Banyak ikan laut dalam memiliki gigi mirip taring yang sangat panjang dan mengarah ke dalam. Ini menjamin setiap mangsa yang tertangkap memiliki sedikit kesempatan untuk melarikan diri.